Jatuh cinta, perasaan alami yang dirasakan hampir seluruh populasi di muka bumi ini. Perasaan yang populer, dibicarakan tak habis-habis. Dari dua kata itu aja bisa banyak filosofi bermunculan. Jatuh dan Cinta.
Apa yang spesial dari jatuh cinta? Selain perasaan seperti tumbuh berbagai macam bunga di sekitar lo atau seketika tidur di tengah-tengah padang bunga aneka warna, berasa kaya ada kupu-kupu yang beterbangan di perut (Butterflies in My Tummy – Mocca) atau malah kaya ada ulet uget-ugetan dengan sukacita di dalam perut. Selain perasaan kaya terbang ke langit, tidur di atas awan sambil makan permen kapas, semua makanan berasa jadi manis, ga sabar buat mimpi dan ngarep pemeran utama di mimpi adalah si doi, ga sabar liat sinar matahari karena bisa ketemu lagi, menanti-nanti ponsel bergetar dengan deg-degan, liat sosoknya atau denger suaranya aja udah cukup bikin jantung berkecepatan seperti kereta api express.
Gitu kan perumpaannya?
Post ini, gue bukan bermenye-menye ngebahas cinta-cintaan kaya abege yang baru ditembak. Gue cuma pengen berbagi pemikiran. Anggaplah sekarang gue lagi duduk di kursi sebuah cafe dengan secangkir coklat panas di meja gue, di sekeliling banyak orang yang lagi jatuh cinta dan gue sedang duduk sambil memperhatikan mereka lalu mengutarakan apa yang gue pikirkan disini.
Aaah.. jatuh cinta. Perasaan menakjubkan. Sampe sekarang gue merasa ada sesuatu di dalam perasaan jatuh cinta, sesuatu yang ga bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Sesuatu yang bikin Romeo dan Juliet mati bersama, sesuatu yang bikin Alladin dan Jasmine mengelilingi dunia pake permadani terbang, sesuatu yang bikin Harry Potter selamat dari serangan Voldemort, sesuatu yang bikin Shinichi bersusah payah nyembunyiin identitasnya dari Ran, sesuatu yang bikin Kugy dan Keenan bersatu lagi, sesuatu yang bikin Killua selalu berusaha melindungi Alluka, sesuatu yang bikin Sapardi Djoko Damono bisa nulis puisi seindah “Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana”, sesuatu yang bikin kamu melihat langit malam yang berbeda dari biasanya dengan bulan dan bintang yang terang benderang (kaya dibilang Shamaldas Chanchad di 3 Idiots), dan sesuatu yang secara magis bisa bikin merasa bahagia sebahagia-bahagianya atau malah bikin sedih sesedih-sedihnya sampe bukan hanya hati kamu yang sakit, mata kamu dan air yang dikeluarkannya juga.
Theres something about falling in love, rite?
Menurut gue juga, jatuh cinta bisa bikin orang yang merasakannya berubah jadi bukan dia. Jadi pribadi yang berbeda. Itu yang gue lihat dari orang-orang sekitar gue. Mungkin saat gue merasakan jatuh cinta dulu, gue juga terlihat berbeda di mata mereka dan gue ga menyadarinya.
Apa yang gue lihat dari orang-orang sekitar gue yang tengah jatuh cinta adalah perubahan mereka yang amat signifikan.
Awalnya seseorang ga pernah peduli sama berbagai macam kosmetik but now, that things is the most important on her list. Dia mengubah gaya pakaiannya yang biasanya simple menjadi lebih cewek dan lebih ribet (=cewe ribet), dia ga peduli dengan favorite things yang dulu sangat dia gilai.
Begitu juga dengan kebanyakan temen gue. Orang-orang di sekitar gue hampir sama. Setiap harinya dihabiskan dengan pacarnya, kalo lagi ga ketemu? time to chatting all day long. Sampai-sampai gue merindukan saat-saat kami kumpul bareng tanpa sibuk dengan ponselnya masing-masing. Oh please, haruskah pacarmu itu tahu apapun yang kamu lakukan tiap semenit sekali? Knock knooock, he’s not your husband yet.
Mereka jarang punya quality time lagi dengan teman-teman mereka, mereka lupa janji dan hal-hal gila yang tadinya mau mereka lakukan bersama teman-teman mereka.
Dari apa yang gue perhatikan, jatuh cinta juga membuat sifat mereka menjadi lain daripada biasanya, mereka menjadi lebih melankolis, penuh rahasia, suka meng-update berbagai hal kecil tentang ia dan pacarnya dan sebagian kecil teman gue sering berbohong untuk pacarnya.
It is real you’re falling in love? Not crazy in love?
Kenapa harus mengubah kepribadian di depan orang yang kamu cintai dan mencintai kamu? Kenapa harus membuat orang di sekitar merasa kehilangan kamu yang dulu? Kenapa harus menciptakan dunia sendiri yang hanya dihuni dua orang: kamu dan pacarmu?
Perubahan positif itu bagus, tapi kalo negatif? Sampai kamu mengorbankan banyak hal?
Melihat sekian banyak orang yang gue kenal yang sekarang menurut gue telah berubah karena jatuh cinta. Gue merasa seperti tertinggal jauh dan hanya mengamati... sampai yang bisa gue lihat hanya bayangan mereka.
Sedih? Memang. Seolah gue ga berhak untuk merasakan itu.
Bukannya mau sok mirip-mirip Summer di awal film 500 Days of Summer yang bilang:
"I like being on my own, cause relationship are messy and people's feelings get hurt" - Summer
Ngga gitu. Gue tetap manusia normal yang alaminya juga merasakan jatuh cinta.
Terakhir kali gue jatuh cinta rasanya udah lama sekali.. tepatnya dua tahun yang lalu, gue merasakan berbagai euforia yang tadi gue sebutkan di awal post, menyenangkan. Tapi pada akhirnya gue merasakan hal yang sangat berlawanan dengan perasaan jatuh cinta. Apalagi kalau bukan perasaan ditinggalkan? Keduanya terjadi dalam rentang waktu yang sebentar. Kaya langit lagi cerah terus tiba-tiba ada petir dan hujan menyeramkan, kaya musim panas yang tiba-tiba dicengkram musim dingin, kaya diajarin terbang terus dipatahin sayapnya. Cukup membuat gue merasakan ‘mending sakit gigi daripada sakit hati’, cukup bikin gue sampe ngepost ‘The Reason’ yang menyedihkan itu beberapa waktu lalu.
Itu cukup membuat hidup gue berubah, kata temen-temen gue, gue jadi menutup diri sama orang baru. Berkali-kali mereka nyomblang-nyomblangin gue dengan orang-orang lain yang semuanya bagi gue kaya angin lewat aja. Gue takut, gue takut hal yang sama terulang, gue bener-bener ga suka perubahan tiba-tiba jadi musim dingin seperti waktu itu.
Selanjutnya saat gue baru mau mencoba, hal yang sama terjadi lagi. Bikin gue semakin bertekad untuk membiarkan semuanya mengalir, let it flow~ let it flow~
Tapi sekarang, setelah sekian lama hanya menjadi pengamat.. Gue jadi kembali ingin merasakan perasaan itu lagi. Perasaan yang rasanya telah lama menguap hilang meninggalkan ruang kosong. Gue kangen masa-masa itu, saat gue bisa senyum-senyum sendirian ngeliatin layar ntbook ataupun layar hp, saat-saat gue bisa senyum lebar selebar perutnya Genta hanya karena ngebayangin senyum seseorang, saat-saat membaca dan membalas dm/mention twitter adalah saat-saat yang istimewa, saat meng-capture conversation dan tweet-tweetnya menjadi kegiatan yang penting, dan saat-saat jantung gue berkecepatan di atas rata-rata hanya karena sepatah dua patah kata.
Sudah lama berbagai perasaan itu hilang dari diri gue.
Gue pengen merasakan itu lagi. Apa ini berarti waktu telah selesai menyembuhkan? Entahlah, bisa iya, bisa tidak.. yang jelas gue hanya ingin merasakannya lagi. Karena jatuh cinta itu... indah. Semua yang pernah merasakannya pasti setuju, bukan cuma karena kata Kahlil Gibran cinta itu indah, tapi memang indah.
Give me love like never before
Cause lately I've been craving more
And it's been a while but I still feel the same
And it's been a while but I still feel the same
(Give Me Love - Ed Sheeran)
Oh, btw coklat panas gue udah hampir mendingin. Bye.
nowplaying, I Write Summer Song for No Reason - Acid King House
You know I write summer songs for no reason
But to make you smile when you feel down
To take away the deepest frown
You know I write summer songs for no reason
But to take your mind of worldly things
To make you know what summer makes me think
Tidak ada komentar:
Posting Komentar