Sabtu, 31 Desember 2011
Tugas-tugas yang Mengesankan (Wawancara dan Parodi)
Jumat, 23 Desember 2011
Hari Ibu
Memohon kebahagiaan dan kesehatanmu adalah bagian baris utama dalam doaku
Membuatmu tersenyum bangga adalah salah satu mimpi yang kuprioritaskan..
Minggu, 04 Desember 2011
Jendela
Aku suka melihat ke luar jendela.
Jendela mengantarkan sorot mataku pada langit di luar sana
Pada awan-awan yang kadang berederet rapi seolah membentuk suatu partitur musik berlatar biru
Jendela persembahkan cerita
Kadang bukan hanya realita
Bayangan-bayanganku terlihat pula di luar jendela
Karena aku sengaja membayangkannya
Lalu sosokmu berkali-kali lewat di luar jendela
Bersama senyum yang sama
Tak cukup kau kejar aku di benak dan mimpi, kau juga muncul di luar jendela
Di cerita yang kubayangkan, sambil menatap langit favoritku di luar sana
Kau sendiri yang melempar bayanganmu kemana-mana
Ke luar jendelaku kemudian ke langit biru
Ah, aku salah..
Akulah yang membuatmu hadir di jendela itu
Aku harus menghilangkanmu, bahkan dari jendela yang kupandangi itu
Karena kamu hanya bayangan.
Bayangan yang berlalu, hanya berheti sebentar, kemudian pergi bersama angin
Jendelaku kosong.
Jendela.
Suka, Luka kemudian Padam.. seandainya semudah itu
Kemaren.. Jari gue kebeset pintu (itu kebeset bahasa Indonesianya apa ya? -_-)
Berdarah, perih tapi gue biarin aja, sambil sesekali ngebayangin kalo tiba-tiba muncul keluarga Cullen yang mencium bau darah kemudian mencaplok jari gue *merinding sendiri ngebayanginnya*
Kenapa itu luka kebesetnya gue biarin? Karena gue pikir: "Ah, cuma luka segini doang". Emang lukanya kecil sih, cuma perihnyaaaa tralalala banget, bikin gue pengen nari kipas terus jaipong *apa hubungannya coba?*
Sampe beberapa jam itu perih ga ilang-ilang, gue ngadu ke nyokap
"Bu, pintunya nakal tuh sama teteh.. liat jari teteh ampe begini. Pukul tuh pintunya"
....
Ngga deng, gue ga ngadu begitu, lo kira gue anak umur 5 taun yang masih suka nyalahin lantai dan kodok kalo jatoh? -,-
Pas nyokap gue liat, dia langsung bilang sama gue kalo di dalem lukanya itu ada serbuk kayu kecil yang masuk, kalo ga diambil bisa bahaya.
Gue langsung pucet. Masalahnya gimana cara ngeluarin itu serbuk kayu yang udah masuk dan bersantai di dalem permukaan kulit jari telunjuk gueeeeh?
Nyokap nyuruh gue ngambil peniti, perasaan gue ga enak, buat apaan tuh peniti? Tapi gue nurut dan ngasih penitinya itu. Gue ga tau ini termasuk operasi kecil atau bukan, tapi nyokap gue dengan susah payah mengeluarkan serbuk kayu itu dari luka di jari gue pake peniti. Gue ampe teriak dan nangis-nangis :"(
Tapi pas udahan, pas serbuk kayu yang bikin perih itu udah berhasil dikeluarkan, haaaahaaahhh. What a relief! Setelah itu nyokap nyuruh gue netesin betadine ke lukanya dan tararam.. tidak terasa perih lagi :D
Setelah ditetesin betadine:
Luka di jari gue itu sama aja kaya luka di hati ya
Kalo misalnya yang paling bikin perihnya udah dicabut keluar, mungkin rasanya bakal lega banget meski harus nangis-nangis dulu, sakit dulu..
Gue tahu gue bodoh. Gue tahu gue bertahan di kesia-siaan. Gue bertahan sama luka luka dan luka dan percaya perasaan.
Salah ya kalo kaya gitu?
Tapi sekarang gue udah lumayan kok.
Gue udah jarang bahas mr.p di twitter, gue udah ga ngerasa sedih lagi tiap lewat daerah ******* ***** , gue udah ga ngebayangin dia lagi ngeliat ke luar jendela di gedung tinggi besar itu, gue udah jarang dengerin rekaman suara dia nyanyi lagi kalo mau tidur, dan gue udah masukin komik bikinan gue tentang dia ke dalem kotak, begitu juga tulisan-tulisan gue tentang dia.
Gambar bikinan ade gue yang mencerminkan sosok dia dan gue yang tadinya gue tempel di kamar kost, kemaren gue copot:
Tapi gue masih suka ngintip timeline-nya, dan gue masih suka inget dia kalo liatin langit.
Itu udah masuk tingkat move on yang keberapa ya?
Gue sadar kok, dia baik sama semua orang, dia ga mau liat orang lain sedih, jadi bukan ke gue doang. Gue juga sadar gue salah, gue juga sadar kalo dia juga punya kehidupannya sendiri sekarang, dia juga lupa kali sama langit biru, dan dia juga kayanya.... sudah menyukai orang lain.
:)
Suka, kemudian jadi luka kemudian padam. Padam.
Yah, seandainya semudah itu.
Mengapa sulit sekali memadamkannya?
"I had hoped you'd see my face and that you'd be reminded
That for me it isn't over. .....
I wish nothing but the best for you too. Don't forget me, I beg I remember you said," (Someone like you - Adele)
Sabtu, 03 Desember 2011
Catatan Harian November - Desember
Saat gue posting ini, gue lagi ga enak badan, not delicious body, ga tau kenapa. Malah semalem menggigil tanpa ada sebab ckck dan kalo lagi kaya gini gue lebih suka nulis ketimbang selimutan.
Suhu badan gue normal kan? ga perlu dikompres kan? *nanya ke si Kaito, nama notebook gue, temen malem minggu gue* *Kaito tak menjawab*
Gue lagi pengen nulis catatan harian, model-model postingan gue kali ini kaya diary gitu. Iyuuuh banget, udah umur 18 tahun masih beginian, tapi ga apa-apa, ga ada yang larang, ini termasuk hak asasi manusia. Kalo lo menganggap tulisan ini sampah informasi, tidak perlu dibaca.
Ok, jadi awalnya gue mau cerita tentang Bulan November dulu. Menurut gue, November tahun ini adalah bulan yang superwow. Gue ngerasa cape batin, cape fisik, cape perasaan, cape cape dan cape.
Kayanya hampir tiap hari hati gue menampung dan memendam sesuatu yang tidak bisa gue definisikan. Bukan hanya soal tugas-tugas yang semakin hari semakin menggila melebihi gilanya pasien-pasien rumah sakit jiwa. Masalah-masalah lain juga, bikin gue migren, bikin gue sering nempelin muka ke bantal kemudian bantalnya basah dan nyesek karena susah sekali mau cerita sama orang lain.
Terus Desol memutuskan untuk pindah kost, alasannya karena hal-hal "aneh" di kost. Sebenernya gue lebih penakut dari dia tapi gue dan anak-anak kost lain berusaha tetep berpikir logis, yang kaya "gitu" emang ada tapi selama ga ganggu ya udah, yang penting sering-sering baca Al Qur'an, jangan lupa sholat. Bismillah aja yah, sesuatu deh yah *hush. Sedih liat temen begadang gue pindah... tapi ya udahlah, gue juga ga berhak memaksa dia untuk tetap di kost.
Memasuki bulan Desember gue sedikit lega. Ada tiga bulan dalam setahun yang gue suka, salah satunya bulan Desember.Gue berharap ga sering-sering lagi ada badai di kepala gue apalagi perasaan yang bikin gue merasa kaya terjebak di dalam sepi, penyesalan, kerumitan.
Gue juga cape nangis, entahlah, gue diciptakan sebagai manusia dengan stok airmata yang lumayan kayanya yah. Cengeng lo! CENGENG! ARGH.
Awal Desember juga awal yang baik untuk move on. HALAH, niatnya mah udah dari kapan tau tapi ga terlaksana. Dikuasai perasaan sih, logika juga kalah sama hati mah.
Tapi gue menepati janji kan, gue ga pernah ngomong-ngomong mr.p lagi di twitter? :)
"I've forgotten your face in the rains of November. I've forgotten your voice. I don't want to remember"
Sayangnya ini rasanya impossible sekali bagi gue. *kapan move on-nya atuh neng? ckck!*
Lupakan.
Oh ya, kemaren di Panggung Apresiasi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (JBSI) UNJ ada Mbah Sudjiwo Tedjo dan Ratna Sarumpaet.
Gue ikut diskusinya ga sampe selesai sih tapi udah nangkep makna dan melekatkan kesan kok. Gue jadi makin bangga jadi mahasiswa jurusan bahasa ^^
Dan tanggal 10 nanti Richard Marx bakal konser di Jakarta. Sayang sekali, gue ga dapet tiket gratisnya lewat kuis di twitter. Hiks, padahl pengen banget.
November-Desember. Aku masih sama, perasaan yang sama, aku masih perempuan yang sama, yang sangat betah berada di toko buku, aku masih suka membayangkan akuarium berisi ikan biru kemudian mengidamkan boneka besar berwarna biru untuk dipeluk saat hujan dan petir, kemudian aku masih mencintai langit biru.
November-Desember.. kemudian berganti tahun
Aku tahu aku tidak sendirian.
Selamat Desember.
Power Rangerssss
Ranger merah: Mega
Ranger biru: Nisa
Ranger pink: Nunu
Ranger putih: Irma / emak
Ranger hitam: Aulia
Ranger hijau: Dewi
Ranger oren: Fanni
Ranger kuning: Yeni
Ranger abu-abu:Uul
"Persahabatan itu kaya pelangi, tapi pelangi yang ga cuma muncul sehabis hujan. Persahabatan juga kaya power rangers, saling melengkapi membasmi kegalauan"
Minggu, 02 Oktober 2011
dearmr.p
Sabtu, 24 September 2011
Bimasakti dan Andromeda
Sejauh itukah jarak kita kini?
Seperti jarak galaksi Bimasakti dan Andromeda, terselimuti sunyi, tak terjangkau cahaya mata sang lunar yang putih
Sejauh itukah aku tertinggal darimu?
Aku diam menunggu senyum yang datang darimu, seperti dulu.. menaklukkan hampaku seperti poros angin yang datang dari berbagai sudut semesta
Sejauh itukah kamu meninggalkanku?
Sampai kau tak mendengar rintik hujan pelan dari mataku dan mendengar bisik di sela ketidakberdayaanku, memanggil namamu, diiringi nyanyianmu
Tidak kau dengar?
Sejauh itukah aku dan kamu mengambil langkah?
Ataukah hanya kamu yang mengambil langkah? Sementara aku tetap mendiami galaksiku yang kembali sepi
Tidak, galaksimu juga sepi dan dingin, begitu juga hatimu tapi sepertinya itu hanya aturanmu untukku
Bukan untuk seseorang baru yang kan kau sambut di gerbang galaksimu
Sejauh itukah kita kini?
Sejauh Bimasakti dan Andromeda?
Tapi mengapa aku masih bisa merasakan kehadiranmu?
Meski aku tahu kamu melangkah cepat seolah meteorit medampingi gerakmu
Aku bisa merasakanmu, bagaimana bisa kamu tertinggal dalam diriku?
Ah.. jarak Bimasakti dan Andromeda
Mungkin sebenarnya kita tidak sejauh itu.
Minggu, 18 September 2011
Hope
There's a song that inside of my soul.
It's the one that I've tried to write over and over again
I'm awake in the infinite cold, but You sing to me over
And over and over again.
So I lay my head back down,
And I lift my hands and pray to be only Yours
I pray to be only Yours
I know now You're my only hope
Of Your galaxy dancing and laughing and laughing again
When it feels like my dreams are so far
Sing to me of the plans that You have for me over again
So I lay my head back down,
and I lift my hands and pray to be only Yours
I pray to be only Yours
I know now You're my only hope
(Only Hope - Mandy Moore. OST A Walk To Remember)