Dia miskin?
Apakah itu inginnya?
Adakah yang bisa menjawab pertanyaannya?
Hanya Ia yang dia percayai yang bisa memberikannya jawaban
Karena hidup adalah pertanyaan dan muara jawaban ada pada Tuhan
Dia miskin? dia terbiasa menelan kepahitannya sendirian
Dia terbiasa jadi saksi apa yang mereka pamerkan dan pertontonkan
Matanya terbiasa, benaknya terbiasa, hatinya yang juga inginpun terbiasa
Dia terbiasa dengan unsur-unsur congkak duniawi yang menginjaknya
Dia terbiasa tidak punya apa yang orang lain punya
Dia terbiasa untuk menahan diri karena tahu material yang dimilikinya
Dia tahu, dia mafhum, dia terima saat ekspektasinya takkan mudah terpenuhi
Saat waktu dan kondisi seolah menjadi tirani
Dia tahu itu, tak perlulah kalian beritahu
Kalau dia bukan sang putri, dia tahu dia upik abu
Tapi benarkah ia miskin?
Materi memang.. tapi dia punya mimpi
Dia punya angan, punya asa, punya tekad
Dia punya awannya sendiri
Dia mencari ilmu, dia punya tulisan
Ketika raganya mati, pemikirannya takkan ikut mati
Dia punya mimpi
Masihkah kita sebut dia miskin?
Masihkah kita sombongkan apa yang kita miliki? Segala yang hanya sementara itu?
Dia sama sekali tidak miskin.
Apa lagi kini? Permasalahannya... tentang perbedaan lagikah?
-Resannisa, 16 Maret 2012
*Karena ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan dan keinginan bersumber pada kepahitan... itulah hidup bagi golongan orang-orang tertentu.. Orang-orang yang percaya akan mimpi dan perwujudannya. Orang-orang yang berikhtiar untuk masa depannya.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar