Kamis, 31 Januari 2013

Everythings Blue

Q: "Tokoh kartun yang paling disuka apa?"

A: "Everythings blue"



Eeyore di serial Winnie the Pooh di beberapa tempat berwarna biru meski kadang abu-abu. Kaya warna langit, bisa biru, bisa juga abu-abu 




Tapi versiku, Eeyore itu biru. Boneka eeyore-ku juga warnanya biru.



kemudian..

Elmo.



I want one. The Blue One.










Mungkin wujud monster yang bersemayam dalam diri gue itu kaya elmo biru ini.

Elmo biru, monster yang mulutnya selalu kelihatan tertawa, pemakan cookies yang brutal yang ingin aku peluk. 




Jadi, ngerti kan sekarang kenapa aku sering mimpi main ke merkurius dan saturnus?

because i love everythings blue.


Sabtu, 26 Januari 2013

The Reason

Post kali ini intinya adalah alasan, bermaksud untuk mempertanyakan alasan dan juga memberi alasan.

Sudah berlalu 2 tahun, 2 tahun bukan waktu yang sebentar untuk menunggu, apalagi menunggu sesuatu yang tidak jelas-jelas. Rasanya dari dulu saya tetap seperti orang yang meraba-raba dalam gelap, bingung dengan musim yang berganti-ganti.

Pertanyaan saya sejak 2 tahun yang lalu masih sama: Apa alasannya?
Yep, apa alasan sebenarnya kenapa dia tiba-tiba menjauh dan meninggalkan saya yang waktu itu sudah merasa nyaman ada di dekat dia? Apa alasannya tiba-tiba dia berbalik arah, pergi dan bersikap seperti orang asing yang seolah tidak pernah muncul di kehidupan saya dan bersikap seolah tidak pernah meninggalkan kesan spesial apapun?

Berkali-kali saya berspekulasi, berhipotesis dan tetap saja saya tidak tahu apa jawabannya, apa alasannya. Sampai sekarang.

Saya yakin dia tahu, saya yakin dia membaca semua yang saya tulis di blog ini tentang dia dan bagaimana saya masih mengharapkan dia akan datang kembali dengan senyum yang sama, yang selalu berkelebat di benak saya tanpa diminta. Saya yakin dia tahu seberapa serius perasaan saya. Hanya saja, dia pura-pura untuk tidak tahu.

Beberapa waktu lalu dia masih sering bersikap hangat *masih dengan sikap yang sama, sikap seolah tidak terjadi apapun* tapi kemudian dengan cepat dia berganti haluan kembali. Musim dingin kembali datang dan saya tidak pernah tahu kapan musim seminya. Saya benci respons yang dingin, saya juga benci harus mengingat-ngingat apa yang terjadi di masa lalu, saat 2 tahun lalu, saat seringnya kami berbagi percakapan seru di twitter, sms, chat dan berkirim e-mail, masa yang tidak kunjung terulang kembali dan saya juga membenci diri saya sendiri karena masih tetap menunggu di depan pintu dan yakin dia akan datang lagi.

Tapi tidak, dia memang pergi. Hatinya yang saya kenal 2 tahun lalu telah berubah beku khusus untuk saya.

Apa alasannya?

Perkiraan saya ada banyak *yah, saya memang terus mengira-ngira, terus berada dalam zona abu-abu yang tak juga terang*.

Pertama, mungkin dia adalah tipe lelaki yang istilahnya di zaman sekarang adalah pemberi harapan palsu (it sounds guilty but I know it’s true phenomenon: php), dan labil. Tapi saya menghalau spekulasi saya yang pertama ini karena saya yakin dia bukan orang seperti itu. Saya yakin dia lebih dewasa dan tidak akan mempermainkan perasaan orang lain. Kalaupun benar, pemberian harapan palsu juga terjadi karena kesalahan korbannya, berarti memang saya yang terlalu kegeeran.

Kedua, mungkin dia berubah karena saya menyebalkan, saya tidak cantik, saya tidak seperti yang dia bayangkan, saya berbeda kelas dengan dia, tentu, saya cuma mahasiswi yang berasal dari keluarga sederhana di rumah yang sederhana, kost-an sederhana di gang sempit, saya mahasiswi yang mengajukan beasiswa, yang uang jajannya perminggu mungkin bagi orang-orang di luar sana hanya bisa digunakan sekali jalan ke mall. Saya jauh dari segala gemerlap itu, saya harus menabung untuk bisa membeli satu novel. Yah, mungkin memang karena alasan itu, istilahnya kami berbeda kasta dan karena itu dia pergi. Saya juga gadis cengeng yang merepotkan dengan wajah yang mungkin tidak masuk ‘hitungan’ dia. 

Ketiga, saya membuat kesalahan besar, waktu itu saya masih berurusan dengan mantan saya (yang sekarang saya sudah tahu lelaki seperti apa dia) di sisi lain saya tidak ingin kehilangan dia. Jadi.... bisa ditebak sendiri, mungkin dia mengira saya hanya mempermainkannya dan menjadikannya pelarian, tempat saya berlabuh ketika saya merasa sedih karena mantan saya itu. Harus saya akui, waktu itu saya belum bisa sepenuhnya melupakan mantan saya, tapi itu hanya untuk sementara waktu, semua yang ‘baru saja putus’ pasti pernah merasakan itu tapi sepertinya dia menyangka saya masih mengharapkan mantan saya. Kalau memang itu alasannya, saya minta maaf tapi saya benar-benar lebih takut kehilangan dia. Tanya teman-teman saya bagaimana diri saya ketika dia pergi. Dia seharusnya tahu siapa yang lebih penting bagi saya, waktu 2 tahun ini membuktikannya. Saya hanya butuh waktu beberapa hari untuk melupakan mantan saya, tapi untuk dia? Sampai sekarang. Tanya saya bagaimana cara dia tersenyum pada saya waktu itu di depan kelas XI IPA 4 di SMA saat Future Day? Saya masih ingat, sangat jelas seolah baru kemarin.

Keempat, mungkin dia memilih orang lain, lebih baik dan lebih segalanya daripada saya. Karena itulah dia pergi dan sekarang, saya hanya seperti debu yang mengganggu di pelupuk matanya.


Saya tidak tahu, yang mana spekulasi saya yang benar. Entahlah. Misteri itu tidak juga terjawab, saya tidak juga mendapatkan alasan dan saya juga terlalu takut untuk bertanya. Setiap saya ingin bertanya kenyataan saya selalu merasa sepertinya saya mengganggunya, dia tidak punya banyak waktu untuk meladeni saya, saya takut akan respons-respons dingin dan ogah-ogahan yang akan ia lontarkan kalau saya mengganggunya dengan pertanyaan kecil. Bahkan hanya untuk menyapanya saya terlalu takut.

Mengganggu.


Nah, kali ini saya masuk ke bagian ‘memberikan alasan’.

Kenapa saya memutuskan untuk pergi juga dari hadapan dia? Karena semakin hari saya semakin yakin apapun yang saya lakukan di depan dia hanya akan semakin mengganggu dia. Toh, dia juga tidak peduli sekalipun dia tahu saya (masih) menunggu.

Saya juga memutuskan melakukan ini karena saya sadar telah menunggu sia-sia, saya seperti orang konyol yang tetap menunggu di depan pintu rumahnya sekalipun telah diusir. Jangan tanya bagaimana rasanya.

Saya tidak bodoh, saya bisa membedakan bagaimana sikapnya terhadap saya. Saya harus melakukan ini. Terus menerus dipertahankan hanya akan membuat saya semakin terlihat menyedihkan meskipun sebenarnya saya tidak peduli dengan pandangan orang.

Mungkin saya akan terlihat seperti pengecut tapi jujur, sayapun awalnya tidak mau tapi dia sepertinya ingin saya segera menjauh, jadi saya membulatkan tekad untuk melakukan ini.

Tadinya saya juga terpikir untuk melakukannya di jejaring sosial karena membaca semua tweet-tweet dia membuat saya seperti terjun bebas dari angkasa tanpa ada bantalan di daratan. Tapi saya rasa, untuk jejaring sosial saya bisa menahannya. dalam jangka waktu beberapa saat lagi.

Jadi, setelah saya mengambil langkah ini apakah dia senang? Mungkin sepele untuk dia tapi tidak bagi saya.

Untuk kali ini saya memberanikan diri untuk benar-benar pergi. Bukan hanya wacana semata dan melalui tulisan ini saya mengungkapkan alasannya, berbagai hal yang selama ini tidak pernah saya ungkapkan.

Mungkin di waktu depan, saya akan menyesali keputusan saya menulis ini, tapi untuk saat ini saya senang saya bisa jujur terhadap diri saya sendiri. Meskipun kalian yang membacanya pasti merasa seperti membaca roman picisan yang menggelikan yang ditulis seorang ababil. Terserahlah, saya hanya ingin mengungkapkan semuanya.


Aku patahkan sayap kupu-kupu itu karena kamu memang mengusirnya.

dan hari ini, awan memutuskan memisahkan diri dari angin yang selama ini dicintainya, karena angin itu tak henti membuatnya berpusar di langit kelabu. Awan merindukan langit biru.


"...I breathe through every part of my body that includes my soul now I am left floating like the clouds.. to... somewhere, there is no you."



Kalau begitu, ini berarti pengungkapan alasan sekaligus salam perpisahan.
Goodbye, terima kasih untuk semuanya. Jaga dirimu baik-baik ya ^^


If you lost, you can look and you will find me time after time.
regards, me.





















I stared blankly at you, already that far away
It seemed like you would turn back again to look
I thought if I cried now, it might really become farewell
So I pretended to be calm and let you go

I thought about asking you not to go
But I couldn't say anything because of your cold expression
And just watched

I hated myself for just crying like that
Turn back the time
I want to go back to when I didn't know you

(Blankly - Miss A)


Role Model


Ran Mouri


"Benarkah perasaan manusia bisa berubah? Pedih sekali ya kalau cuma menunggu" - Ran Mouri V37 
"I've already wait for a ten years, so another ten will be just fine" - Ran Mouri 0VA9
"Aku harus tetap hidup dan menunggu Shinichi" - Ran Mouri M2



Gue dan Ran Mouri terlalu mirip, dari segi sifat dan ciri fisik :p. Bisa dibilang gue adalah Ran Mouri versi nyata. huehehehe. Bedanya gue ga jago karate. Kita sama-sama cengeng dan setia menunggu (meski dalam kasus gue, Shinichinya belum dateng, belum tau siapa). Hmmm.





Dian Sastrowardoyo

“Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas.- Dian Sastro



Choi Sooyoung (SNSD)


"Its still my far future but I hoped it wasn't my dream then. 
Just one love I hope the road we walk on is the same" - Choi Sooyoung, Complete

She looks like me, rite? :p *ditabok para sooyoungster*  






Park Jiyeon (T-ARA)



"Wishing on a star, to those stars above the clouds. Promise me that it won't be long. If someone could listen to me. Whoever sees my happiness hanging. I wanna be a star, to be in the sky like those star. The daylight will shine from that high place." - Park Jiyeon, Wishing On A Star.



IU (Lee Jieun)


"White skies and blue fragments of cloud. a place where I could draw anything I wanted. Will I be able to see you again?" - IU, Last Fantasy

Semester 5 Attack

Ketika gue menulis ini, semester 5 telah berakhir dan gue ingin berbagi cerita keseruan semester ini. 

Dari sebelum dimulainya semester ini, gue udah yakin semester ini bakalan jadi semester berdarah. Horror banget emang -_-. Semester yang paling banyak ngeluarin waktu, tenaga dan uang. Benar-benar terkuras.

Ada 8 mata kuliah yang cukup WOW. Ada mata kuliah Menulis Kritis dan Ilmiah yang mewajibkan ngadain seminar bedah buku dengan mengundang penulis aslinya atau orang yang berkompeten di buku itu, itu syarat UTS. Selanjutnya harus ikut Writing Supercamp (WSC) di Desa Cikoneng Banten, tinggal di homestay kemudian meneliti berbagai aspek kehidupan di desa multikultural itu untuk selanjutnya ditulis dalam bentuk jurnal ilmiah dan laporan penelitian. Gue dan kelompok gue ambil tema pendidikan formal nonformal informal disana. Lucu banget deh wawancara respondennya yang kebanyakan anak-anak.


dikejar kebo beneran loh ini
e-class malem-malem ke pantai


galau mulu lu
banyak awannya. senaaaang
E-Class - Girls di SDN Salatuhur Cikoneng


Beberapa hari sebelum deadline jurnal dan laporan gue kalang kabut, sebenernya sih udah dikerjain dari jauh hari soalnya gue takut bentrok ama tugas-tugas laen yang emang membludak. Eh terus dapet kabar kalo jurnal ilmiahnya maksimal 7 lembar. Maksimal loh. Sementara gue nulis jurnal secara keseluruhan udah 14 lembar, ya tau sendiri si Restu Annisa itu gimana kalo udah disuruh nulis, ga ada remnya brow. *nulis jawaban essay pas ujian aja bisa ampe minta kertas tambahan, gue dibilang curhat di lembar jawaban -_-*. Alhasil gue bingung, gue tuh paling males kalo tulisan udah pake batasan, soalnya gue bingung mana yang harus gue hapus, semuanya penting menurut gue. Buat memangkas jurnal itu aja butuh waktu dua hari tau ngga, tapi akhirnya sih bisa 7 lembar, setelah penuh pertimbangan.

Kemudian yang paling berkesan lagi di semester 5 ini adalah mata kuliah MPPBI (Metodologi Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia). Mata kuliah ini mewajibkan kita buat bikin penelitian yang kaya penelitian skripsi, latihan menuju skripsi gitulah, gue menyebutnya sebagai mini skripsi. Di awal perkuliahan semuanya sibuk nyari judul, kalo judulnya bagus bisa lanjut buat sepersi dan selanjutnya. Gue ambil judul mengenai ..... rahasia :p, penelitian kuantitatif dengan sampel anak kelas X. Untuk penelitian ini gue sengaja ambil sampel anak kelas X di SMA gue dulu, SMAN 1 Balaraja (atau sekarang tuh namanya SMAN 1 Kab. Tangerang), alasannya simple, karena gue pengen coba neliti di sekolah gue sendiri, abisnya bosen ke sekolah di Jakarta mulu hehe. Berbekal surat pengantar dari jurusan, guepun berangkat ke SMA. Kyaaaaaa kangen sekali akuuuuuuuu dan yep, sekolah sudah banyak berubah tapi ibu-ibu kantin masih inget gue :””) Singkat cerita, gue dapet kelas X-8 buat diteliti, kelas yang pelajaran Bahasa Indonesianya dipegang Bu Siti Munawaroh. Setelah ngasih pretest hari Selasa, gue ke sekolah lagi seminggu kemudian, kali ini gue masuk ke kelas dan ngajar. Jadwalnya jam 11 gue udah harus standby di sekolah sementara gue berangkat dari Jakarta karena hari sebeumnya ada kuliah sampe sore. Kebut-kebutan sama waktu tuh, sambil komat-kamit semoga ga telat, tau sendiri kan jalanan pagi Jakarta gimana (ga pagi aja sih -,-) 

Alhamdulillah gue ga telat, pas banget kelar jam istirahat, dengan setengah berlari gue nerobos angin menuju ruang guru ngadep Bu Siti dan dengan kondisi masih ngos-ngosan guepun disuruh langsung masuk kelas, ngasih materi. Sekalipun gue udah sering menghadapi murid-murid tetep aja ada nervousnya. Pas lewat kelas X-6 (kelasnya sepupu gue), sepupu gue si Ciprut udah heboh. Sayangnya gue ga dapet kelas dia hehe. Denger-denger dari Ciprut sih kelas X-8 ini rada-rada susah diatur. Glek.

Dengan mengucap bismillah dan memakai jas almet hijau UNJ (ga lupa ngantongin satu bungkus momogi di sakunya), gue masuk kelas. Setelah Bu Siti ngenalin siapa gue dan tujuan gue, guepun ditinggal di kelas. Kelas kembali riuh. Okay, I can handle this. Gue memperkenalkan diri dulu sebagai bagian dari apersepsi pembelajaran gue. kemudian gue mulai masuk ke materi, gue mulai ngajar. Terakhir gue ngasih postest terus sharing biasa sama mereka. Ga kerasa gue ngabisin waktu 2 jam pelajaran. Ga kerasa banget karena emang menyenangkan. 

Seperti yang selalu gue bilang,  I’ve got my passion here, in class, as teacher. Seperti yang selalu menjadi impian dan cita-cita gue: menjadi guru. Setiap selesai ngajar, gue ga bisa mendeskripsikan perasaan gue, terlalu meriah, membahagiakan. Hehe. Setelah say goodbye, guepun meninggalkan kelas dengan janji mereka buat ngumpulin tugas postestnya minggu depan.
After a week, gue kembali masuk kelas, kali ini cuma ngambil hasil postest dan ngambil dokumentasi buat melengkapi penelitian gue.


Terima kasih X-8 untuk kerjasamanya ;)

Tugas mini skripsi gue ga berhenti sampai disitu (yaiyalah). Sebelum ke sekolah Bab 1 sampe Bab 3 gue udah di-acc nah berarti PR besarnya itu Bab 4 (Hasil Penelitian) dan Bab 5 (Simpulan). Guepun mulai mengolah data yang tahap pertamanya itu adalah memberi nilai ke hasil pretest dan postest murid-murid. Buat ngasih nilainya aja butuh waktu seharian dibantu sama 2 bala bantuan (Mba Nana dan Ciprut yang gue iming-imingi hadiah es krim). Perjuangan belum selesai, rintangan tersulit dalam menyelesaikan mini skripsi ini adalah pengolahan datanya yang pake statistik, uji normalitas, uji homogenitas dan uji-t. Namanya juga penelitian kuantitatif. Nah, sayangnya dosen statistik kami itu jarang masuk jadi mau ga mau harus belajar sendiri dari buku.

Waktu itu gue udah hampir hopeless karena ga nemuin titik terang gimana cara nguji hasil data ini, Bab 4 ini menghantui pikiran gue selama berhari-hari. Dengan dilandasi tekad: gue pasti bisa, gue ngubek-ngubek perpus pusat, cari buku panduan SPSS dan hitungan statistik penelitian, gue pelajari buku-buku itu dan  skripsi-skripsi yang ada di perpus jurusan sampe mata gue rasanya mau nempel aja ke setiap lembaran skripsi itu, buku coret-coretan udah abis berlembar-lembar dan akhirnya gue bisa nemuin caranya meski butuh waktu lama buat ngotak-ngatiknya.
Bersamaan dengan itu, diumumkan kalo batas akhir pengumpulan miniskripsi sebelum sidang adalah hari Rabu dan saat itu hari Senin. JEDEEERRRRRRR. 

Gue berusaha untuk tidak panik. Pas hari Selasa, ba’da Isya gua dan power rangers di kostan mulai ngerjain, pokoknya harus selesai. Titik. Gue bener-bener udah kaya orang gila ngotak-ngatik rumus, setiap ada yang salah gue ulang lagi, Kaito Kid benar-benar bekerja lembur. Semalaman. Pas hari itu juga pertama kalinya dalam hidup gue minum kopi karena kata temen-temen gue kopi bisa menghalau kantuk. Gue minum dan errrrrr....rasanya ga enak. Pait. Gue tau harusnya gue ga coba-coba, biasanya juga minum susu coklat.

Untuk Bab 4, gue selesai ngerjain jam 3 pagi dan di kostan juga belum ada yang tidur. Gileeeee. Begadang semua ini. Kalo rambut gue bisa berdiri, pasti udah berdiri terus jadi kribo. Pusing sekali. Tanpa istirahat, gue start ngerjain bab 5 sampe tau-tau azan Subuh berkumandang, gue-bener-bener-ga-tidur. Setelah solat subuh dan lanjut ngerjain, mini skripsi gue selesai, cuma masih berantakan aja. Abis itu langsung pada berebut ke kamar mandi karena ada jadwal UAS Evaluasi Pembelajaran jam 8. Udah gitu di luar hujan deras pula. Kita terobos hujan ke kampus dengan kondisi kepala keleyengan karena ga tidur. Setelah UAS Perencanaan Bahasa, kita langsung pulang ke kostan, gue langsung ngerapiin mini skripsi  dan siap diprint. Lebih dari 70 lembar. Okey.
Udah gitu dapet kabar kalo sidangnya jadi hari Kamis besok dan mini skripsinya dikumpulkan besok pagi-pagi sebelum sidang. Lega banget rasanya. 

Keesokan harinya, pas hari sidang. Gue udah nungguin di bawah tangga (ruang sidangnya di atas) sambil baca-baca lagi Bab 1. Tau-tau nama gue, Eva dan Mega dipanggil. Gue urutan pertama. Benar-benar pertama yang disidang. Pertama. Pertamaaaaaaaaa.
Okey, rileks.
Setelah sidang guepun bisa bernapas lega. Tugas mini skripsiku selesai. Alhamdulillah. Semoga lancar juga ya nanti gue nyusun skripsinya. Amiiiin.

Ketiga, yang mengesankan di semester ini adalah mata kuliah Apresiasi Drama. Dimana nilai UAS diambil melalui pementasan teater yang udah mendekati pementasan profesional di Aula S. Setiap tahun memang ada Event FIESTA (Festival Teater Sastra Indonesia) dalam rangka mata kuliah apresiasi drama ini. Nah pas angkatan gue ini udah FIESTA generasi ke-5.

Buat lebih lengkapnya, tonton ini deh, seru looh ^^:





Itu dari mulai awal FIESTA sampe Malam Anugrah. Kalo kalian jeli, pasti kalian liat ada gue nongol :p 


Satu kelas dibagi 2 teater, ditotal ada 10 teater yang bakal jor-joran menampilkan yang terbaik.
Nah ini teater gue, Teater Mozaik *gue loh yang ngasih namanya hehe :p*

Kita mainin naskah karya Helvy Tiana Rosa (yang juga dosen kita sendiri) yang judulnya Jiroris. Jilbab Rohis Anti Teroris.

full team Teater Mozaik

Sutradara             : Dhanu P.

Asisten Sutradara  : Saiful

Pimpinan Produksi  : Restu Annisa

Penata Panggung  : Irma

Penata Cahaya     : Fanni O.

Penata Kostum     : Nunu, Yeni R.

Penata Rias          : Dewi S.

Penata Musik        : Wahyu H.

Pelakon                : Dhian K.

                             Septia W.

                             M. Nurul Anwar

                              Kusnul Khotimah

                              Aulia

Kita kebagian tanggal pentas tanggal 20 Desember jam 10 dan sebelum itu woaaaaaah, setiap hari sehabis kuliah kita latihan. Latihan olah fisik, olah vokal, reading, mulai casting pemain, blocking, ulik adegan, sampe pendalaman karakter. Hampir tiap sore pasti area belakang FIP rame sama Teater-teater yang pada latihan. Kalo Teater Mozaik sering ditemukan latihan di deket pohon gede di atas, deket ruang dekan FIP. Huehehe.

Semangaaaat latihan fisiknyaaa!
pas casting
loncat yang tinggi pak sutradaraaaa!
casting jadi Mbak Siti dan Bu Anita
latihan fokus, saling berpandangan selama beberapa menit
mari kita sambit wahyu batagor, penata musik kita
casting adegan klimaks, pas ada ledakan.. tapi kenapa pada cengengesan -,-
"LEPASKAN SAYAA! JANGAN REBUT DIAAA!"
Sudah, jangan berantem gitu ah
Cieeeee akting ngerayu~

Di tengah hecticnya kuliah semester ini dengan semua tugas-tugasnya, kita latihan setiap hari sampe malem. Gue sih ga jadi pemain (udah dibilang, gue paling ga bisa akting, lebih suka jadi tokoh di belakang panggung, penulis naskah misalnya) tapi tetep aja mesti dateng latihan, ya iyaaalaaaah, siapa yang moto-motoin dan iseng metik-metikin bunga kalo gue ga dateng latian? ;;) 

Seminggu sebelum FIESTA 5 dimulai, ada karnaval gitu. Semua teater wajib pake kostum seheboh mungkin buat keliling-keliling kampus dan memainkan satu fragmen di beberapa titik di kampus sebagai bentuk promosi supaya pada nonton.


Teater gue mengusung tema karnaval Angel vs Devil yang mempengaruhi wanita berjilbab. Gue ditunjuk jadi sutradara karnaval ini.
Aku dan Nunu jadi malaikatnya loh ^^


Persiapan Karnaval
"KITA LAGI LATIHAN TANTEEEE!"

Malaikatnya narsis sekali yah, siapa sih?


Ini keseruan karnavalnya:


setan menggoda supaya lepas jilbab, malaikat dengan bijak berusaha menghalanginya
Teater Mozaik sama Teater Doa yang maenin lakon Mayat-mayat Cinta
JBSI 2010. Yeaaay.
Sampe tiba H-1. Kita nginep di Aula S, gladi resik sampe tengah malem, terus aktor aktrisnya disuruh istirahat di kostan terdekat sementara tim artistik (kita-kita yang non aktor) tetep di Aula S sampe pagi. Ngurusin properti, lighting dll dll ampe gue saking ga kuatnya, ketiduran begitu aja di lantai di tempat penonton. Tapi cuma beberapa menit karena harus bareng-bareng teamwork lagi. 

Jam 8an, gue baru bisa beli sarapan alakadarnya sambil belanja roti bareng Nunu buat sarapan para aktor yang lagi dimake-up. Waktu itu gue bilang sama Nunu: “Nu, bentar lagi ini bakalan selesai kan?” dan Nunu dengan lingkar mata yang sama gelapnya cuma bisa bilang: “Iye Nis, iyeee”


Jam 10. It’s show time. Gue udah mules aja di backstage. Berbagai kekhawatiran melanda gue, padahal kan bukan gue  yang mau akting di panggung, kenapa jadi gue yang nervous gila-gilaan ya -,-*
Gue kasih instruksi ke blackman yang bakal ngubah setting pas ganti adegan. Dimulai dari adegan 1, musik udah main, lighting udah main. Ok, do the best guys! Terus terus terus sampe adegan 5, adegan klimaks dimana ceritanya terjadi ledakan bom di rumah Fatimah (diperankan Aulia) dan Aulia langsung histeris jerit-jeritan panik. Gue yang denger di backstage ikutan merinding.
Akhirnyaaaa, sampai ke adegan terakhir, ditutup oleh Siti (diperankan Uul) dan kemudian pentas selesai. Musik penutup dimainkan seiring dengan tepuk tangan. Semua yang ada di backstage keluar. Gue terharu, akhirnya usaha kita berbuah manis :”) 



Teater Mozaik sama Bunda Helvy dan Bang Madin (Dosen Pengampu Apdram), Para Blackman dan Kakak2 Mentor
Seusai Pementasan
Horeeeeee


Sempet kaget juga pas di Malam Anugrah FIESTA 5 tanggal 10 Januari kemarin, Teater Mozaik masuk nominasi Karnaval terbaik, Pemeran Pembantu Pria terbaik dan Pemeran Pembantu Wanita terbaik.

Nah, begitulah cerita panjang gue mengenai semester 5 ini. Padahal gue cuma nyeritain sekilas, kok jadinya panjang banget yah? -.- Emang udah gue bilang kan di awal tadi, gue kalo udah nulis, ga ada remnya. Haha.
Perjuangannya bener-bener, semoga hasilnya juga sebanding, amiiiin.











Sampai ketemu, semester 6!